AL ALLAMAH AL MUHADDITH DR. MAHMUD SAID MAMDUH AL HUSAINI
Beliau merupakan seorang ulama’ terkenal di Mesir yang lahir pada 10 Mac 1952. Bermazhab Syafi’i dan berpegang dengan aqidah yang digariskan oleh Imam Abu Hasan al Asy’ari. Beliau juga adalah seorang ulama’ Ahli Sunnah pada hari ini yang banyak mempertahankan aqidah Ahli Sunnah dari serangan musuh-musuh.
Beliau telah berjaya memperolehi Ijazah Kedoktoran dari Universiti Muhammad ke-V Ribath pada tahun 2005 dan telah mempelajari ilmu syariat dari ramai ulama’. Di antara gurunya yang terkenal ialah:
1. Syeikh Muhammad Isa ibn Yasin al Fadani.
2. Sayyid Abdullah ibn al Siddiq al Ghumari
3. Sayyid Abdul Aziz ibn al Siddiq al Ghumari
4. Syeikh Ismail Uthman Zain al Makki
5. Syeikh Abdullah Sa’id al Lahji
Beliau juga aktif dalam bidang penulisan dan telah berjaya menulis lebih dari 30 buah kitab. Di antara karyanya yang terpenting ialah:
1. Tasynif al Asma’ bi Syuyukh al Ijazah wa al Sama’
2. Wusul al Tahani bi Ithbat Sunniyyah al Subhah wa al Rad ‘ala al Albani
3. Tanbih al Muslim fi Difa’ ‘an Sohih Muslim
4. Raf’u al Minarah bi Takhrij Ahadith al Tawassul wa al Ziarah
5. Al Ta’rif bi Auham man Qassama al Sunnah ila Sohih wa Dhaif (6 jilid).
Kitab ini menunjukkan kepakaran beliau yang tinggi dalam bidang hadith.
6. Al Ihtifal bi Ma’rifah al Ruwah al Thiqaat allazi laisu fi Tahzib al Kamal (4 jilid)
7. Kafsy al Sutur ‘amma Usykila min Ahkam al Qubur
8. Ghayah al Tabjil wa Tark al Qat’ fi al Tafdhil
Ketika belajar dengan Syeikh Muhammad Yasin al Fadani, beliau menjadi murid istimewa gurunya itu. Apabila mengajar, Syeikh Yaasin al Fadani pasti akan menyuruh beliau duduk di sebelah kanannya. Atas kepercayaan gurunya itu, beliau telah dilantik menjadi khalifahnya di Mesir.
Keintelektualannya terutamanya dalam bidang hadith mendapat perhatian dan pujian dari ramai ulama’ besar dunia Islam. Seorang ulama’ yang tidak asing dalam dunia Islam, Sayyid Abdullah al Siddiq al Ghumari menyatakan bahawa Syeikh Mahmud Said Mamduh telah menyelam dalam lautan hadith melalui jalan ahli hadith.
Bahkan, ramai di kalangan ulama’ mutakhirin yang sentiasa menasihati murid-murid mereka supaya membaca kitab penulisan beliau. Di antara mereka ialah Habib Umar ibn Salim al Hafiz. Sayyid Muhammad ibn Alawi al Maliki sering menjadikan kitab beliau sebagai rujukan kerana kepakarannya dalam bidang hadith.
Beliau juga dianggap sebagai seorang mutafannin pada zaman ini kerana penguasaan dan kepakarannya dalam pelbagai bidang ilmu. Kitabnya menjadi hujjah pada zaman ini. Sebagai seorang yang meletakkan dirinya sebagai khadam hadith Nabi saw dan ahli bait, beliau amat mencintai dan kuat mempertahankan ahli bait Rasulullah saw.
Sumber : YayasanSofa
Murid Kesayangan Syeikh Yasin Al-Fadani, DR. Mahmud Said Mamduh, Mengisi Materi di Acara Workshop SAS Center Jilid III |
Written by Administrator |
Monday, 02 April 2012 00:00 |
Rabu, 21 Maret 2012 Said Aqil Siradj (SAS) Center kembali menggelar workshop Tasawuf dan Ibn Arabi Jilid III. Kali ini, acara bertempat di auditorium KMB yang terletak di Zahro’ Madinat Nasr Kairo. Bekerja sama dengan PCINU Mesir, FOSIKBA, HIMASAL dan kekeluargaan KMB sebagai tuan rumah acara. Pada jilid III ini, SAS center mengusung tema “Relasi antara Tasawuf dengan Muhadisin”, dengan mengundang Syeikh Mahmud Said Mamduh, musnid dan muhadis Mesir sebagai narasumber. Tepat pukul 18.45 waktu Kairo, acara diawali dengan dendangan hadrah shalawat, persembahan dari rekan-rekan Negeri Sembilan-Malaysia yang diikuti oleh segenap hadirin di tempat. Iringan hadrah tetap terlantunkan hingga sang Syeikh memasuki auditorium. Acara pun dibuka pada pukul 19.45 oleh pembawa acara, perwakilan dari kerabat FOSIKBA. Dilanjutkan dengan lantunan surat al-Fath dari kitab suci al-Qur’an oleh saudara Muhaimin Ismail. Selanjutnya, untaian kata sambutan dari saudara Yazid Aris Fuadi, sebagai perwakilan dari SAS Center. Ia memaparkan tentang beberapa fenomena yang terjadi terutama berbagai anggapan khalayak –yakni golongan yang mengaku sebagai kaum salafi- tentang perseteruan sejati antara disiplin ilmu hadis dan tasawuf. Dimana keduanya saling bertolak belakang, yang berujung dengan saling mengkafirkan satu sama lain. Bahkan mengatakan bahwa tasawuf adalah sebuah bid’ah yang sama sekali tidak terlahir dari sunnah Rasulullah SAW. Ia juga mengucapkan beribu terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyokong bantuan, guna suksesnya workshop ketiga ini. Terlebih kepada tim kerja sama PCINU Mesir, KMB, FOSIKBA dan HIMASAL. Kemudian direktur SAS center, Abdul Mun’im Kholil juga menambahkan beberapa pengantar, bahwa sejatinya masih ditemukan adanya keterpautan, bukannya malah perseteruan, jika kita melihat seorang Imam Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani menulis biografi Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani, seorang sufi penggagas tarekat Qadiriyah. Lalu memaparkan sekilas curriculum vitae Syeikh Mahmud Said Mamduh. Acara pun akhirnya diserahkan pada Aunul Abid Syah sebagai moderator. Tanpa banyak basa-basi beliau langsung mempersilahkan Syeikh yang awal mulanya lulusan fakultas Ekonomi kemudian merantau ke Mekah dan sempat mengaji langsung pada Syeikh Yasin Fadani, untuk langsung berbicara di depan audien. Di permulaan, beliau sempat bernostalgia sebentar dengan Syeikh al-Fadani dan menghadirkan kisah-kisah ulama Nusantara yang menetap di sana (semisal Syeikh Nawawi Al-Bantany, Mahfoud Termasi dll). Beliau juga terlihat sangat meresapi sekali hadis baginda Nabi “cintailah saudaramu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri”. Beliau memulai pemaparan tasawuf dengan kalimat: “sebenarnya, tasawuf itu mudah sekali!”. Bukannya mengambil enteng ilmu tasawuf, melainkan beliau berpendapat bahwa mereka yang mengingkari dan memusuhi tasawuf sesungguhnya tidak paham seutuhnya apa tasawuf itu sendiri. Mereka masih bersalah paham tentang apa yang ada dalam tasawuf. Sebagaimana malaikat Jibril mengungkapkan bahwa terdapat tiga dimensi dalam agama Islam. Pertama: Islam, yang diibaratkan dengan kedua syahadat dan rukun islam lainnya. Kedua: Iman, yakni rukun iman yang enam. Dan ketiga: Ihsan, yaitu keikhlasan dalam beribadah, sebuah ibarat bagi kesempurnaan iman.. Tataran ihsan inilah yang dinilai sebagai tasawuf. Karena tasawuf lebih mengedepankan keikhlasan hamba yang dimaksud di sini. Dimana seorang hamba beribadah seakan-akan ia melihat Allah, kalaupun ia tak bisa melihat Sang Kuasa ia pun teringat bahwa Allah melihatnya. Maka kita tidak bisa mengingkari tasawuf sebagai bagian terpenting dimensi ruhani dalam Islam. Lantas beliau menyinggung tentang fana. Seperti apa tingkatan fana itu? Dan bagaimana caranya? Beliau menjawab bahwa ia adalah sebuah pengamalan perintah syariat dengan keikhlasan tingkat tinggi. Caranya dengan mengacu dan meneladani nabi Muhammad SAW. dan inilah yang dilakukan oleh para sufi. Bila menelaah kitab Awariful Ma’arif karya As-Sahrawardi, maka akan ditemukan bahwa para sufi adalah sosok-sosok manusia yang sangat berpegang kepada sunnah Nabi SAW. tidak hanya berkutat pada intelektulitas semata, namun lebih mengacu kepada aplikasi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa para sufi adalah salafi yang sesungguhnya. Salafi dalam konteks mereka meneladani baginda Nabi. Karena tarekat dan suluk yang mereka lakukan adalah berupaya sedekat mungkin meniru ajaran nabi SAW dan para sahabatnya. Maka sufi adalah sosok manusia yang sama sekali tidak menyibukkan dirinya kepada sesuatu apapun kecuali Allah. Itulah tasawuf yang dinilai sebagai kesempurnaan tauhid. Meneladani Nabi SAW secara utuh. Syiar mereka adalah zikir, selalu mengingat Allah dimana pun dan kapan pun. Zikir adalah sebuah upaya penting, karena ketika mereka sedang menyibukkan dirinya dengan berbagai hal selain Allah, mereka terjebak dalam usaha menduakan Allah. Dengan begitu, ilmu tasawuf adalah ilmu yang paling mulia. Sebab ia hanya berpaku pada dua hal. Pertama: jalan menuju Allah dengan hakikat cahaya muhammad (nur muhammadiyah). Lalu yang kedua adalah menyibukkan diri dengan Allah SWT. Dan yang perlu diingat bahwa jalan ataupun pintu menuju Allah hanya satu: yaitu pintu baginda Muhammad SAW. Bahkan seluruh nabi tidak mempunyai pintu menuju kesana selain Rasulullah. Maka, cara satu-satunya untuk sampai ke sisi Allah SWT adalah dengan meneladani sunnah Nabi SAW. Di akhir, beliau memberi wejangan kepada para pencari ilmu untuk mencontoh akhlak-akhlak sufi. Dan banyak-banyak membaca kitab-kitab tasawuf seperti Syarh Fushusul Hikam, Risalah Qusyairiyah, Bidayatul Hidayah. Tepat pukul 21.00 beliau mengakhiri kalimatnya. Kemudian langsung dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Untuk pertama kalinya sebuah pertanyaan terlontar menyinggung soal hadis yang shahih secara kasyf. Seperti hadis cahaya nabi muhammad adalah hal pertama yang diciptakan Allah. Beliau pun menegaskan bahwa nur atau cahaya dalam hadis tersebut mempunyai banyak makna. Dan satu hal yang harus diingat bahwa kasyaf sama halnya dengan ijtihad: bisa salah dan bisa benar. Maka, menanggapi hal seperti itu telusuri kembali al-Qur’an dan hadis-hadis yang lain. Apakah hal tersebut bertentangan atau tidak. Karena bisa saja sebuah hadis secara dzahir palsu, namun dilihat maknanya bernilai kebenaran. Lalu pertanyaan kedua, menyinggung tentang ilmu laduni. Bagaimanakah bila ada seseorang mengaku bahwasannya ia menerima ilmu laduni. Dengan cakap Syeikh menjawab, bahwa hal tersebut bisa langsung dilihat kepada kepribadian dan tingkat keshalehan dari orang yang berbicara. Otoritasnya adalah sebuah kesalehan. Lalu, bisa dilihat dari interaksi dia dengan syariat. Apakah itu bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam atau tidak. Setelah itu, acara pun berlanjut dengan ijazah sanad hadis. Di malam yang penuh berkah itu, Syeikh Mahmud Said Mamduh tanpa tanggung-tanggung memberikan ijazah sanad kepada para hadirin satu buku “dalail khairat” penuh dan musalsal hadis sufi Ibn Arabi. Kesemuanya banyak bersandar kepada guru beliau, Syeikh Muhamad Yasin Al-Fadani dan Syeikh Ghumary. Akhirnya acara pun ditutup dengan shalat isya berjama’ah dan pemberian kenang-kenangan kepada Syeikh yang diberikan oleh ketua KMB, tepat pada pukul 22.00 malam waktu Kairo. Rencananya SAS Center akan menutup rangkaian kegiatan workshop pada hari Senin, 2 April 2012 di Pasangrahan KPMJB dengan menghadirkan DR. Jamal Ragab Sid Bey yang akan memberikan materi mengenai “Konsep Wihdatul Wujud antara Imam Ghazali dan Ibnu Arabi”, sementara narasumber kedua adalah DR. Ibrahim Shalah Al-Hudhud yang akan mengangkat tema “Pemikiran Sufistik dan Pramasatra: Menelisik Turjuman Al-Asywaq Karya Ibn Arabi”. Untuk workshop pamungkas ini, SAS Center akan bekerjasama dengan PCINU Mesir, Gamajatim, MIZAN Study Club, Sema FBA dan WIHDAH. [Nur Masita Sari] http://numesir.net/index.php?option=com_content&view=article&id=64:murid-kesayangan-syeikh-yasin-al-fadani-dr-mahmud-said-mamduh-mengisi-materi-di-acara-workshop-sas-center-jilid-iii&catid=25:berita&Itemid=27 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar