Rabu, 24 April 2013

KH Mohammad Muhadjirin Amsar

KH Mohammad Muhadjirin Amsar, panggilan akrab KH Muhadjirin atau Mat Jirin adalah ulama yang dikenal luas di kalangan masyarakat Bekasi,  yang besar andilnya dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI.  Sebagai  ilmuwan, ia dikenal tidak saja di lingkungan Bekasi tetapi juga di luar negeri, khususnya di Masjidil Haram.  Sebagai salah seorang guru   terbaik di Masjidil Haram, ia menerima penghargaan berupa sebuah jam tangan berlapis emas bertuliskan al Mamlakatussuudiyyah dari Raja Faisal.

Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, KH Muhajirin aktif di organisasi Hizbullah, tetapi sebatas sebagai penjalin ukhuwah di kalangan pejuang dengan landasan patriotisme dan nasionalisme  yang tinggi.

KH Muhajirin lahir di Jakarta, 10 November 1921.  Pendidikan formal ditempuhnya di Darul ‘Ulum Addiniyyah, Makkah Al-Mukarramah (1949-1955). Ia  juga memperdalam ilmu melalui sejumlah jalur pendidikan nonformal, seperti Pesantren Mester (Jatinegara) Jakarta (1936-1946),  beberapa pesantren di Jawa Barat (1942), pesantren di Jakarta Kota (1942), Pesantren Buntet Cirebon (1942-1945), Masjidil Haram, Mekkah (1947-1955),  dan Masjid Nabawi, Madinah (1947-1955).

Ia dikenal sebagai salah seorang staf pengajar di Darul Ulum Makkah al-Mukarromah. Di dalam negeri ia mengajar di Pesantren Bahagia bersama Kiai Abdur Rahman  dan Kiai Noer Ali. Aktivitasnya tidak terbatas pada mengajar karena pada 1963 ia pun mendirikan Perguruan Annida Al-Islamy Bekasi, sekaligus menjadi pimpinannya.

Karya tulisnya antara lain Misbah Al Zhulam Fi Syarhi Al Bulugh A Maram, 8 Jilid (fiqih hadist),  Idhoh Al Maurud, 2 Jilid (ushul fiqih), Muhammad Rasulullah (tarikh), Mirah A Muslmin Fi Siroh Khulafa Al Rasyidin (tarikh),  Al Muntakhab Min Tarikh Daulah Umayah (tarikh), Qowaid Al Khoms Al Bahiyyah (qowaid fiqih),  al-Istidzkar(mustholah hadist/ushul hadits),  Ta’liqot Ala Matini Al jauharoh 2 Jilid (tauhid), Mukhtaroh Al Balaghoh 2 Jilid (balaghah), Qowaid Al Nahwiyah 2 Jilid (nahwu/tata bahasa Arab), Al Qoul Al Hatsis Fi Mustholah Al Hadits (ushul fiqih),  Taysir Al Ushul I Ilmi Al Ushul  (ushul fiqih),  Qowaid Al Mantiq 2 Jilid (mantiq), Mutholaah Mahfudzot, Takhrij Al Furu’ Ala Al Ushul,  Tathbiq Al Ayat Bi Al Hadist, Tasawwuf, dan Faroid. Selain itu adalah mushaf yang belum sempat dicetak.

Menurut KH Muhajirin, masyarakat Bekasi dapat meningkatkan kualitas hidup apabila memiliki niat dan mau bekerja keras. Namun, sayangnya, dewasa ini masih banyak orang Bekasi menjadi “penonton” dalam dinamika kemajuan daerah Bekasi dewasa ini.

Pada masa dahulu masyarakat Bekasi memiliki rasa fanatisme kedaerahan yang tinggi namun cenderung membuta sehingga mereka   tidak mampu melihat suatu permasalahan secara jernih.  Agar efektif dan berdaya guna, fanatisme kedaerahan harus diartikulasikan secara proporsional agar masyarakat Bekasi tidak semakin tertinggal dari  masyarakat  di daerah lain. Demi tercapainya kemajuan masyarakat, pada masa mendatang penduduk Bekasi harus memiliki pandangan yang lebih cerdas dan lebih proporsional.

Menurut KH Muhajirin, tingkat pendidikan yang masih belum merata merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan belum baiknya kapital sosial masyarakat Bekasi. Oleh karena itu, pemerataan pendidikan merupakan syarat mutlak, selain  peningkatan etos kerja untuk mencapai kemajuan di berbagai sektor.

KH Muhajirin  meninggal dunia pada 31 Januari 2003 (27 Dzulqaidah 1423 H). Ia dikaruniai 9 orang putra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar