Kaberadaan Pondok Pesantren Langitan awalnya adalah hanya sebuah surau kecil, kini telah berkembang pesat menjadi sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas dan populer di kalangan masyarakat luas baik skala nasional maupun internasional. Prestasi gemilang ini tidak lepas dari jasa para pengasuh yang dengan keikhlasan dan komitmennya yang tinggi telah mencurahkan segala potensi untuk kemajuan dan perkembangan pondok pesantren. Keluhuran budi dan keperibadian para pengasuh Poldok Pesantren Langitan sungguh patut menjadi teladan dan tuntunan bagi semua insan. Selain memiliki kapabilitas ilmu agama yang mumpuni, mereka juga dengan tekun mengamalkannya dan berjuang menegakkan syari’at Islam.
Kami yakin “Biografi Ringkas Lima Pengasuh Pondok Pesantren Langitan†ini akan banyak bermanfaat dan memberikan pelajaran berharga bagi kita semua, terlebih dengan disebutkannya orang-orang sholih, maka rahmat pun turun.
K.H. Muhammad Nur
Lembaga pendidikan sekarang ini dahulunya adalah hanya sebuah surau kecil tempat muassis pertama KH.Muhammad Nur mengajarkan ilmunya iepada sanak saudara dan tetengga dekatnya.
Hadratussyekh KH. Muhammad Nur adalah keturunan seorang kiai dari Desa Tuyuhan Kabupaten Rembang Jawa Tengah, dan jika dirunut lebih ke atas lagi maka beliau adalah juga termasuk keturunan Mbah Abdurrahman, Pangeran Sambo. Beliau mengasuh Pondok Pesantren Langitan ini qelama kurang lebih 18 tahun (1852-1870 M.). Cita-cita luhur dan semangat beliau dalam membidani berdirinya pesantren ini nampaknya cukup membuahnya hasil yang signifikan, terbukti dengan tampilnya putra-putri beliau dalam mengemban amanat sekaligus menjadi pemimpin umat setelah beliau wafat pada Hari Senin, 30 Jumadil Ula 1297 H. dan dimakamkan di komplek pesarehan Sunan Bejagung lor Tuban.
Innalillahi, KH Muhammad Nur Meninggal Dunia
Rabu, 29 Juni 2011 12:50 WITA
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM -- Innalillahi wa inna ilihi rajiun. Ulama kharismatik Sulsel, Anre Gutrutta KH Muhammad Nur (79), Rabu (29/6/2011) meninggal dunia di RS Islam Faisal, Makassar, sekitar oukul 11.45 wita.
Mantan Ketua Dewan Syura Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Sulsel dan pendiri/pemimpin Ma`had Dirasatil Islamiyah wal Arabiyah Ujung Pandang, atau yang dikenal dengan Yayasan Penddidikan Taqwa ini, wafat setelah mendapat perawatan intensif selama dua pekan di RSI Faisal.
Kabar duka ini beredar di jejaring SMS NU Siaga Makassar, sekitar pukul 12.00 wita tadi.
Dia meninggal bersaman dengan peringatan hari raya besar islam, Isra Mikraj, atau perjalanan spiritual bersejarah Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha, untuk menerima perintah Salat.
Jenazah almarhum mantan petinggi Universitas Ialam Makassar, saat masih bernama STIP Al Ghazali ini, disemayamkan di rumah duka di Jl Perintis Kemerdekaan Km 13, Makassar, atau terpat berada dibelakang Kantor Imigrasi Makassar.
Almarhum yang digelari warga NU Sulsel Allamah Djalil, lahir 7 Desember 1932 di Desa Langkean, Maros, Sulsel.
Almarhum menamatkan sekolah Volkschool 1941 kemudian memasuki pesantren di Bone. Selama tahun 1947-1958 berangkat ketanah suci mekkah untuk memperdalam ilmu agama islam langsung kesumber aslinya yang murni.
Tamat hafal Al qur`an pada Madrasah Uluumul Qur`an Mekkah tahun 1357 H.. Tamat pada Madrasah Fakhriyah Utsmaniyah tahun 1958 dan Madrasah Darul Ulum Ad-Diniyah hingga memperoleh gelar Asy-Syeik Fadhil dan mendapat sertifikat untuk mengajar di Madrasah Darul Ulum Ad-Diniyah Mekkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar