Minggu, 28 April 2013

Model Pendidikan Agama di Masjidil Haram

Di Masjidilharam terdapat dua model pendidikan. Pertama yaitu pendidikan model halakoh, dimana semua santri mengelilingi gurunya. Masing-masing santri mendengarkan apa yang disampaikan oleh sang Guru (Syeh). Adapapun materinya, seperti; tafsir, hadis (bukhori, muslim, sunan tirmidzi), fikih usul fikih. Sebagian santri membawa kitab, dan sebagian lagi hanya pendengar setia. Biasanya, santri-santri yang belajar pada masayih di Masjidilharam berasal dari berbagai Negara, seperti; Indonesia, Malaysia, India, Pakistan, Afrika, dan sebagian lagi daratan Jazirah Arabiyah.

Ma'had Haram
            Pengajian model halakoh ini biasanya dilakukan setelah sholat Magrib, Ashar, dan Subuh. Sebagian ulama-ulama Indonesia yang terkenal dan besar di tanah suci melakukan cara seperti ini. Imam Nawawi al-Bantani, Syeh Muhammad Mahfud al-Turmusi, Syeh Muhammad Yasin Al-Fadani, Syeh Abdul Karim al-Banjari, Syeh Abdul Qodir Al-Mandili. 

Kendati mereka belajar dengan cara klasik, mereka juga belajar model pendidikan clasikal (Formal Education). Di Makkah, ada beberapa sekolah, seperti; Madrasah Darul Ulum al-Diniyah (didirikan oleh Syeh Mohammad Yasin al-Fadani), Madrasah Soulatiyah, Madrasal Al-Falah.

Beberapa halakoh yang masih berlangsung saat ialah, Halakoh yang di asuh langsung oleh Syeh Makky Al-Bakistani (di belakang Hijir Ismail). Setiap lepas sholat subuh, beliau mengajarkan dan menularkan ilmunya kepada santri-santr hingga waktu dhuha. Ada putranya Syeh Abdul Kadir Al-Mandili (Mandailing), Syeh Wasiuallah. Semua mengjarkan ilmu-ilmu agama, sebagaimana yang dilakukan pendahulunya.

Ma’had al-Haram dan Halakoh Masjidilharam.

Sebagian santri yang mengikuti halakoh, ternyata banyak juga yang ikut serta dalam pendidikan formal, di Ma’had Al-Haram. Ma’had ini termasuk pendidikan formal, letaknya di pintu Malik Fahad bin Abdul Aziz. Pelajar-pelajar dari berbagai negara seperi; Indonesia, Afrika, India, Pakistan, Thailand, Malaysia diterima belajar di sana. Bahkan, tidak sedikit dari warga Negara Arab Saudi sendiri yang ikut belajar di Ma’had al-Haram. Tentunya setelah melalui seleksi yang ketat serta mengikuti aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh kerajaan. Pelajar-pelajarnya juga mendapat bantuan (beasiswa) setiap bulan dari pemerintah. Materi yang di ajarkan adalah ilmu hadis, seperti; Bukhori, Muslim agama, karena tujuan utamanya ialah melestarikan nilai al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Saw serta kitab-kitab klasik (turost).

Pada setiap pintu utama Masjidilharam, seperti; Abdul Aziz, Malik Fahad, Babu al-Salam, Bab al-Fattah, Bab al-Umrah. Di pelataran Masjidilharam, seperti; lurusnya Hijir Ismail, Rukun Yamani, biasanya menjadi tempat halakoh (pengajian rutin) setiap lepas sholat magrib dan subuh. Jadi, hampir semua kegiatan pengajian di Masjidilharam terus menerus. Pada abad 16-17 hingga abad 20-an, masih banyak ulama keturunan Indonesua yang mengajar di Masjidilharam. Tetapi, saat ini sudah langka. Kendati keturunan Indonesia sudah langka, tetapi kegiatan melestarikan al-Qur’an dan sunnah Nabi Saw melalui pengajian-pengajian masih berjalan dengan baik dan lancar. Ini juga menjadi bukti nyata, bahwa Makkah menjadi pusat kajian ilmu agama dari masa kemasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar